Anugerah Perkasa
1.056 words
SAYA MENGINGAT perempuan itu tak sekadar seorang pemijat profesional. Kami bertemu pertama kali pada November lalu di pusat kesehatan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saya memilih untuk tidak menuliskan nama sebenarnya—sebut saja Kembang Wangi, karena rentan untuk pekerjaannya. Dia asal Kabupaten Subang, Jawa Barat dan berusia 26 tahun. Kulitnya kuning dengan rambut lurus melebihi bahu.
Kesan saya, Kembang adalah orang yang terbuka—selain itu, manis pula. Kami membicarakan apa pun. Dia kadang bercerita soal kampung halamannya, Desa Salamjaya, Kecamatan Pabuaran. Salah satunya soal kemiskinan.
“Banyak teman Kembang yang selesai SMA, langsung cari kerja. Kalau punya uang, mereka biasa kuliah di Bandung,” katanya. “Orang kaya di kampung dapat dihitung. Mereka punya sawah yang luas.” Continue reading